Ramadhan hampir berakhir dan tibalah Bulan syawal
June 30, 2016
Tidak terasa ternyata bulan ramdhan yang penuh dengan
kehangatan, ketaqwaan, dan penuh berkah ini hampir berakhir. Dan kini menunggu
datangnya 1 syawal yaiitu EID fitri
Dan untuk kesekian kalinya aku
berhari raya di Medan, aku lupa untuk mengingat kapan terakhir kali aku
merayakan hari lebaran bersama keluargaku. Mungkin 3 atau 4 tahun yanng lalu.
Yang pasti sejak tahun 2012 aku mulai merayakan hari lebaran bersama keluarga
besar dari papaku.
Aku masih ingat ketika untuk pertama kalinya aku merayakan
hari raya idul fitri tanpa ibu, kakak, dan adikku. Karena pada tahun sebelumnya
papa sudah merayakan idul fitri juga di kota berbeda dengan kami. Malam takbir
aku menangis sedih karena tidak bisa kumpul, tapi rasa sedih tidak menjadikan
ku menagis-nagis minta pulang. Karena untuk saat itu aku punya target untuk
tidak pulang kalau belum bergelar sarjana ( eleeeh gayanya)
Ditahun berikutnya aku juga merayakan hari raya idul fitri
tanpa ibu, kakak, dan adikku hingga kurasa tahun ini juga. Tapi bedanya 2 tahun
terahir ini aku merayakan idul fitri dengan adikku yang juga kuliah dimedan.
Tapi, kami bukan merayakan hanya berdua. Di medan, aku
memiliki keluarga yang cukup besar karena keluarga papa dan lain-lain banyak
yang tinggal dan punya usaha di medan. Jadi hari lebaran tidak dihabiskan
dengan merenung dan nangis.
“kenapa lebaran ga pulang?”, pertanyaan itu sering kudengar.
Dan selalu ada saja yang bertanya seperti begitu.
Alasan utamaku untuk tidak pulang karena aku tidak mau
menyusahkan ornag tua, karena lebaran itu harus kita sambut dengan suka cita
bukan hanya suka cita untuk diri kita sendiri, tapi juga suka cita keluarga
kita. Ga pa-pa bermaaf-maafan dari via telpon atau via video call asal kita
sama-sama senang. Meskipun terbersit rasa rindu yang mendalam.
Aku berpikir, di usiaku yang sudah cukup untuk berpikir
dewasa dan harus menguatkan orang-orang disekitarku. Dan aku juga punya
tanggung jawab untuk menjalani semua ini. Aku ga mau dengan cengengnnya aku dan
selalu minta pulang dihari-hari besar akan memberatkan orang tuaku.
“cukup kirim mentahnya saja”, selalu aku berpesan begitu.
Sudah cukup bagiku untuk meminta uang saja tanpa harus
membebani orang tua yang selalu berusaha mengirim dana untuk keperluan bulananku
dan adikku.
Terlebih, wanita harus kuat. Masak tiap lebaran harus pulang
kampung?
Lebaran tidak selamanya dimaknai dengan pulang kampung, tapi
yang makna utama lebaran adalah kembali fitrah.
Aku lebih memilih dikirim berlebih daripada biasanya daripada
dihabiskan untuk membeli tiket pewasar, bayar taksi dan tiket kapal feri.
Mungkin ada yang berpikir bahwa aku tidak sayang keluarga
karena memilih uang daripada berkumpul bersama keluaraga,
foto sama ibu
No, no, no
Aku bukan memilih uang daripada bertemu ibu, aku lebih
memilih untuk membuatnya tenang. Aku takut, dengan manjanya aku dan adikku
untuk pulang dan memaksa untuk pulang akan membebani ibuku. Memaksa ibu untuk
menyiapkan semuanya untuk kami. Padahal ada yang lebih prioritas.
Bagiku, membuat ibu, papa, dan kakakku tenang adalah yang
utama.
Insya allah, tahun depan aku bisa kumpul bersama mereka
dengan pendapatanku sendiri tanpa membebani merekaaa.
*nb: berpikir dewasa itu terkadang perlu dan sangat perlu,
tidak harus menjadi dewasa. Tapi berpikir kritis demi kebaikan semua adalah
satu hal dewasa menurutku.
foto beberapa tahun lalu dengan sepupu dan tante
0 Comments